mereka, anak-anak Palestina,
berlari tanpa alas, kaki mereka menyapa tajamnya batu,
tak gentar meski langit menggigil,
hitam pekat disobek raungan besi yang berdesing.
mereka bukan sekadar bayangan kecil,
mereka adalah titik-titik cahaya yang menolak padam,
di lorong-lorong gelap mereka bernyanyi,
bukan tentang kebencian, tapi tentang kesabaran
tentang memaafkan di balik luka yang belum sembuh.
tangan mungil mereka menyeka debu dan darah,
seraya menengadah ke atas, berbisik lembut,
"Tuhan, ajari kami mencintai meski mereka memukul,
ajari kami memaafkan meski hati ini terkoyak."
monster-monster datang, wajah mereka terbungkus bayang-bayang,
tapi anak-anak ini hanya tersenyum,
karena mereka tahu kekuatan sejati tak terletak pada senjata,
melainkan pada doa yang tak pernah henti,
dan keyakinan bahwa cinta adalah benteng tertangguh.
dan mereka memaafkan,
karena darah hanya akan menyuburkan dendam,
sementara memaafkan adalah air yang memadamkan api,
demi Allah, yang hati-Nya lebih luas dari seluruh langit,
mereka memaafkan, melepaskan beban di dada mereka,
membiarkan ketenangan mengalir seperti sungai yang tenang.
bunga-bunga tetap tumbuh, di tanah yang retak,
wangi mereka menyusup ke dalam udara yang sarat amarah,
dan ketika fajar datang, mereka akan berdiri tegak,
menyambut sinar yang tak lagi bersembunyi,
dengan senyum yang tak ternodai oleh kebencian.
di tanah ini, di antara reruntuhan,
anak-anak Palestina memahat harapan di udara,
meninggalkan jejak-jejak kecil mereka,
sebagai saksi bahwa memaafkan adalah jalan menuju kebebasan,
jalan yang mereka pilih, bukan karena mereka kalah,
tetapi karena cinta mereka terlalu besar untuk dikalahkan.
Padang, Sumbar, 2023
*Riwayat Singkat Penulis.
Leni Marlina telah mengabdi sebagai dosen tetap di Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang sejak tahun 2006 dan pernah dianugerahi Dosen Berprestasi Terbaik 1 Kategori Penulis yang Diberikan oleh Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang pada tahun 2015. Sebelumnya, ia menamatkan program Sarjana Sastra Inggris tahun 2005 dengan prediket Cumlaude, setelah setahun sebelumnya dianugerahkan penghargaan sebagai Terbaik Pertama Mahasiswa Berpretasi Tingkat Nasional tahun 2024.
Tahun 2011, ia menerima Beasiswa S2 Luar Negeri untuk mengambil Program Master of Writing Literature di Deakin University, Melbourne dan lulus tahun 2013. Ia aktif membimbing kegiatan kemahasiswa, training dan pengabdian di luar kampus di bidang kepenulisan, kebahasaan, dan kebudayaan.
Penulis yang saat ini merupakan ibu dari tiga orang putra ini, juga merupakan pendiri dan kepala beberapa komunitas sosial, sastra dan pendidikan, termasuk World Children's Literature Community (WCLC), POETRY-PEN International Community, serta Komunitas Membaca dan Menulis Puisi Indonesia (PPIPM: Pondok Puisi Inspirasi Masyarakat). Selain itu, penulis mendirikan dan memimpin dua kursus bahasa Inggris: ECSC (English Children's Literature Smart Course) dan MEC (Marvelous English Course), serta komunitas sosial berbasis digital, Starcom Indonesia (Starmoonsun Eduprenuer Community Indonesia). Sebagai anggota aktif dari Perkumpulan Penulis Indonesia SATU PENA Sumatera Barat, penulis juga terlibat dalam kolaborasi internasional, seperti Victoria Writers Association di Australia dan ACC International Writers Community di Hong Kong.
2.30K
132
Puisi ini menggambarkan ketahanan, keberanian, dan kekuatan cinta dalam menghadapi penderitaan. Dari sini, ada beberapa pesan inspiratif yang bisa diterapkan dalam dunia wirausaha.
Pada bagian “Bunga-bunga tetap tumbuh di tanah yang retak” mengajarkan bahwa harapan dan keindahan tetap bisa muncul di tengah kesulitan.
Dalam Wirausaha Kreativitas dan inovasi sangat penting, terutama ketika menghadapi keterbatasan modal atau sumber daya. Menciptakan solusi baru dengan kondisi yang ada adalah kunci kesuksesan.
25 JJ P. KWU 452 SN1-2 LM ONLINE
2. Character Traits to Apply in Business: Key traits to embody in this initiative include compassion, resilience, and hope. Compassion is essential for understanding the emotional needs of children affected by conflict, while resilience is crucial for overcoming challenges in creating a supportive environment. Hope is vital for inspiring both the children and the community, reinforcing the belief that love and forgiveness can lead to healing and freedom, as beautifully expressed in the poem.
Jesica Imelda Pasaribu. 24 JD EPR KM 7-8 NK3-23 LM
The title “Mereka, Anak-Anak Palestina” highlights the struggles and resilience of Palestinian children, who endure suffering yet still hold onto hope and the power of forgiveness despite the violence around them.
2. Favorite Line:
“Dan mereka memaafkan, karena darah hanya akan menyuburkan dendam, sementara memaafkan adalah air yang memadamkan api.”
I like this line because it shows the strength of forgiveness and how it can heal, rather than fueling more hate and violence.
3. Thoughts After Reading:
The poem made me reflect on the power of forgiveness and love, even in the face of immense pain and suffering, and how the children of Palestine hold on to hope for a better future despite their struggles.