Senin Pagi diawal pekan kedua Tanggal Enam Januari Dua Ribu Dua Puluh Lima, Langit cerah. Gedung Merah Putih KPK berkilauan diterpa matahari. Para penyidik menanti. Tapi yang datang bukanlah Hasto Kristiyanto, melainkan, Udara kosong. Iya, kosong. Tidak ada jejak langkah Hasto, tidak ada suara sepatu mahal menginjak lantai marmer. Sunyi. Alasannya? Oh, tentu. Kegiatan partai. Sebuah alasan klasik yang, entah kenapa, selalu terdengar seperti pengalihan isu dalam film-film konspirasi murahan. "HUT Partai lebih penting dari panggilan KPK," begitu kira-kira terjemahan bebasnya. Sarkas? Tentu saja.
Bayangkan, ini panggilan perdana sebagai tersangka, lho. Bukan acara reuni keluarga atau rapat arisan komplek. Tapi, ya sudahlah. Mungkin Hasto sedang sibuk menyusun strategi revolusi partai, atau siapa tahu, dia lagi menyelesaikan rubik kehidupan di tengah alunan lagu perjuangan. Jangan lupakan nama yang selalu muncul dalam cerita ini, Harun Masiku. Buron abadi yang entah ada di mana. Di Mars? Di gua rahasia? Atau, ini yang menarik, mungkin saja dia sudah berubah wujud menjadi burung. Burung yang terbang bebas di atas gedung-gedung pemerintah, mengamati semuanya dengan mata tajam.
Sejarah itu sudah berusia lima tahun, dan Harun tetap jadi legenda urban. Saking misteriusnya, dia mungkin saja lebih terkenal dari artis TikTok. Hasto? Ah, dia bagian dari bab lain dalam epos ini. Sementara itu, KPK tetap berdiri gagah, meski sesekali terlihat seperti tokoh protagonis yang lelah dalam film noir. Ada yang aneh? Oh, tentu. Selalu ada yang aneh. Telepon genggam Hasto? Disita. Tas Hasto? Disita juga. Isinya apa? Mungkin hanya catatan agenda, atau, siapa tahu, blueprint revolusi rahasia. Tapi tenang, publik tidak akan pernah tahu. Karena misteri selalu jadi bagian dari narasi besar ini.
Hasto tidak datang. Harun hilang. KPK menunggu, dan kita semua? Duduk manis, menyaksikan babak demi babak drama yang lebih dramatis dari sinetron prime time.
Penetapan, Penggeledahan, Penangkapan, dan Penahanan Tentu Didasari Minimum Dua Alat Bukti
Keesokan harinya tanggal tujuh Januari masih pada tahun yang sama dua ribu dualima, KPK melakukan penggeledahan di kediaman Hasto Kristianto. Ini tidak sekedar, KPK punya kekuatan. Jelas ini bukan teror atau menakut-nakutkan. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu institusi independent. Tentu keindependenan juga mesti kita sama-sama jaga. Semangat optimisme dan dukungan terhadap KPK tentu mendapat dukungan dari multipihak agar proses Korupsi dicabut sampai ke akar-akarnya dan KPK akan memainkan peran untuk membasmi, pemberantsan koruptor ada di pundaknya. Maka jangan sesekali para kritikus berpikir miring tentang KPK. Penegakan hukum yang benar dan punya kewenangan akan kita serahkan kepada pihak berwenang.
KPK saat ini bekerja cepat. Itu harapan semua pencintai Indonesia bersih. Itu sebabnya Expose itu digelar tidak lama setelah pimpinan KPK Jilid VI mulai menjabat. Ketua KPK Setyo Budiyanto mengumumkan status Hasto sebagai tersangka, Selasa (14/12/2024).
Pada kasus suap, KPK telah menerbitkan surat perintah penyidikan Sprindik No.153/DIK.00/01/12/2024 di mana terdapat dugaan Hasto dan Donny bersama-sama dengan Harun Masiku melakukan penyuapan terhadap anggota KPU 2017-2022 Wahyu Setiawan.
Hasto ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan perintangan penyidikan. Dia diduga dengan sengaja mencegah, merintangi dan menggagalkan secara langsung dan tidak langsung proses penyidikan. Di antaranya, yakni menyuruh Harun Masiku pada 2020 untuk menenggelamkan ponselnya ketika adanya operasi tangkap tangan (OTT). KPK Juga akan melakukan Tindakan hukum lainnya, tentu adanya pencekalan terhadap relasi perbuatan hukum lainnya seperti mantan Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Hamonangan Laoly, menjadi pukulan beruntun bagi partai moncong putih, PDI Perjuangan.
"Bahwa pada 8 Januari 2020 ada proses tangkap tangan oleh KPK, itu kuat alasannya karena Saudara Hasto Kristianto memerintahkan salah satu pegawainya di Jalan Sutan Syahrir untuk menelpon kepada Harun Masiku (HM) dan memerintahkan supaya merendam HP ke dalam air dan melarikan diri," jelas Setyo.
Publik sedang menunggu, Menonton, dengan kopi panas menyaksikan adegan kapan setelah itu Hasto ditahan. Selamat menikmati, rakyat Indonesia. Politik adalah panggung teater terbaik, dan kita adalah penonton yang tidak pernah diberi pilihan untuk menonton yang lain.