Minggu, 19 Januari 2025
lidahrakyat.com
id
en
LidahRakyat
LidahRakyat

Shin Tae Yong dan Cinta yang Tak Terbalaskan

Cinta Fans Terhadap Pelatih TIMNAS Shin Tae Yong

Oleh: Meja Redaksi Lidah Rakyat
Rabu, 8 Januari 2025 46
LidahRakyat
Ilustrasi
Ilustrasi Kepergiaan Pelatih TIMNAS Terhadap Shin Tae Yong dari Indonesia setelah selesai Kontrak sebagai Pelatih pada PSSI

Tulisan ini mewakili fans Timnas yang merasa sedih ditinggal STY. Bagi yang senang STY out, baiknya jangan baca.

Begitulah, cinta kadang tak berbalas. Tepat ketika ia sedang mekar, harum, dan menyatukan segala warna dalam satu taman indah bernama sepak bola Indonesia, tiba-tiba saja tangannya dilepaskan. Shin Tae-yong, nama yang kini berpendar di ingatan setiap penggemar Timnas, dilepas, dihempaskan, seperti daun gugur di musim kemarau. Tak ada angin, tak ada hujan. PSSI memutuskan sesuatu yang tak terbayangkan, memecat pelatih yang paling dicintai rakyat. Pelatih yang bukan hanya mengajarkan strategi, tetapi juga memupuk harapan di tengah kepahitan kehidupan. Harapan yang, entah bagaimana, kini dicabut begitu saja.

Bagaimana tidak? STY bukan hanya pelatih. Ia adalah bapak. Seorang pemimpin yang melatih anak-anak muda Indonesia dengan cinta dan dedikasi, mengubah mereka dari sekadar pemain bola biasa menjadi prajurit yang mampu mengguncang Asia. Ia adalah simbol harapan, bukti bahwa negeri ini masih punya potensi. Namun, PSSI seperti tak mengerti arti cinta. Mereka mencabut kebahagiaan itu, tanpa memberi alasan yang masuk akal. "Kurang harmonis," kata mereka. Ah, alasan itu terdengar seperti satire yang menyayat. Harmonis? Apakah harmoni itu diukur dengan perasaan segelintir pengurus, atau dari riuh rendah stadion yang dipenuhi cinta rakyat?

Kini, nama Patrick Kluivert muncul sebagai pengganti. Ironis, seorang pelatih yang di Eropa pun dianggap gagal, bahkan dikaitkan dengan skandal judi online. Apakah ini pilihan terbaik? Atau sekadar pembenaran atas keputusan gegabah? Bahkan sebelum ia datang, tagar #PatrickKluivertOut sudah membara.

Tapi fans Timnas tak hanya marah. Mereka terluka. Sedih yang mendalam berubah menjadi api kemarahan yang menjalar cepat. Tagar #KosongkanGBK menggema di mana-mana, sebuah bentuk protes yang sekaligus menunjukkan cinta. Mereka tetap mencintai Timnas, tetapi cinta itu tak berarti mereka diam saja saat cinta lainnya, yaitu STY, dikhianati.

Kepergian STY adalah simbol hilangnya satu lagi harapan di negeri ini. Sebuah ironi yang terlalu akrab bagi kita. Ketika sesuatu yang indah sedang tumbuh, ia dipotong begitu saja. Sepak bola, satu-satunya hiburan rakyat, kini kehilangan sosok yang menjadi jantungnya.

Tagar #TerimaKasihSTY kini menggema. Sebuah ungkapan terima kasih yang tulus, sekaligus ucapan perpisahan yang menyakitkan. Fans mengerti, tak ada yang abadi di dunia ini, termasuk pelatih hebat seperti STY. Tetapi cara ia dilepas, di tengah perjalanan menuju puncak, meninggalkan luka yang akan sulit sembuh. Ia dilepas di saat optimisme membuncah jelang lawan Australia dan Bahrain. Rasa optimis mulai berubah jadi rasa pesimis. Tak sedikit bilang, Timnas kembali ke setelan pabrik.

Lawan Australia jadi penentu. Bila menang, PSSI bisa dan boleh berbusung dada. Bila kalah, bersiaplah, jari fans Garuda tidak akan berhenti untuk ngerujak. Semua karena cinta yang dikhianati.

Hari ini bukan sekadar pemecatan. Ini adalah hari berkabung nasional. Sebuah hari ketika cinta, harapan, dan kebanggaan dihancurkan oleh keputusan yang tak pernah diminta rakyat. Mungkin, inilah sepak bola di negeri ini. Bukan hanya soal permainan di lapangan, tetapi juga drama yang selalu membuat kita menangis, entah karena bangga, atau karena kecewa. (Rosadi Jamani)

Komentar
Silakan lakukan login terlebih dahulu untuk bisa mengisi komentar.
LidahRakyat