Sabtu, 18 Januari 2025
lidahrakyat.com
id
en
LidahRakyat
LidahRakyat

Perempuan Di Lembar Juang: Menulis Puisi Esai Dengan Asisten AI

Sekelumit dari Festival Puisi Esai Jakarta ke-2, 2024 di PDS HB Jassin, TIM, Jakarta

Oleh: Amelia Fitriani*
Kamis, 26 Desember 2024 85
LidahRakyat
Foto Amelia Fitriani

PADA tanggal 14 Desember 2024, saya berkesempatan untuk berbagi pandangan dalam sebuah diskusi panel bertajuk "Puisi Esai dan Artificial Intelligence (AI)" di rangkaian Festival Puisi Esai Jakarta ke-2, 2024 yang digelar di PDS HB Jassin, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta.

Saya berbagi serta sedikit pengalaman eksploratif saya dalam menulis buku "Perempuan Di Lembar Juang". Sebuah buku kumpulan puisi esai mengenai penggalan kisah 15 pahlawan perempuan di Indonesia yang saya tulis dengan asistensi AI. Buku itu juga ikut diluncurkan pada festival yang sama, bersama dengan 36 buku puisi esai lainnya.

The Age of AI
Pada saat menulis buku tersebut, saya tengah menempuh pendidikan pascasarjana di London School of Public Relations. Ada satu petuah dari dosen saya, yang saya amini, mengenai AI. Di tengah perkembangan pesat AI, menolak kehadirannya merupakan pilihan. Namun, menolak ataupun menerima kehadirannya, AI akan terus bertransformasi menjadi semakin canggih.

Saya sendiri memilih untuk menerima kehadiran AI dan beradaptasi untuk dan mendukung aktivitas dan kehidupan saya. Batasan yang bisa ditembus dari AI adalah kreativitas. Sedangkan batasan yang bisa dijaga dari hadirnya AI adalah norma dan etika. Bermain di ranah tersebut untuk tujuan positif akan menjadi kesenangan tersendiri. Paling tidak bagi saya, sebagai penulis.

Saya merasa tertantang untuk menjamah ranah tersebut, memanfaatkan AI dalam proses kreatif. Dalam hal ini adalah menulis dan membuat ilustrasi. Dua hal yang saya gemari. Saya seperti mendapat energi baru menggunakan AI pada kedua bidang itu.

Dosen saya juga merekomendasikan buku
"The Age of AI: And Our Human Future" yang ditulis oleh Henry Kissinger, Eric Schmidt, dan Daniel Huttenlocher. Secara garis besar; buku ini membahas AI dan dampaknya terhadap masyarakat, politik, ekonomi, dan eksistensi manusia secara keseluruhan. Buku ini menggali soal bagaimana AI mampu mengubah cara manusia memahami dunia serta menjalani kehidupan sehari-hari. Ada transformasi peradaban di dalamnya. Tentu dengan segala pro dan kontra yang bermunculan.

Saya memilih untuk melepaskan diri dari pro kontra tersebut dan fokus pada apa yang bisa saya manfaatkan secara positif dari AI dan bagaimana saya bisa mengeksplornya.

Menulis Puisi Esai dengan Asistensi AI
Setelah saya memutuskan untuk mengeksplor puisi esai dengan asistensi AI, pertanyaan selanjutnya yang muncul adalah, mulai dari mana? Saya memilih memulai dari apa yang saya ketahui.

Pada sebuah forum diskusi di Festival Kesusastraan, Kesenian, dan Puisi Esai antarbangsa Sabah ke-3, 2024, di Kota Kinabalu, saya pernah berbagi pengalaman saya sebagai penulis muda dalam menulis puisi esai. Agar mudah memahaminya, saya membagi pengalaman itu ke dalam lima tahapan kreatif.  Pertama, menentukan tema dan cari fakta sebanyak-banyaknya. Kedua, fokus pada satu sudut pandang yang menarik perhatian. Kemudian, ketiga, perkaya sudut pandang itu dengan fakta dan sisi kemanusiaan. Selanjutnya, keempat, membumbui fakta dengan fiksi yang imajinatif, namun tidak keluar dari tema. Fiksi yang dibuat ini harus bisa menunjang dan mempertebal nuansa dramatis dari puisi esai yang dibuat. Dan terakhir, kelima, memilih diksi yang sederhana namun indah. Kelima tahapan itu saya gunakan pula dalam menulis buku ini.

Saya pun memutuskan untuk menggunakan asistensi AI dengan kelima tahapan tersebut. Saya menggunakan asistensi AI sejak tahapan pertama. Saya punya ketertarikan pada isu terkait perempuan. Namun belum punya tema yang spesifik. Oleh karena itu saya coba bertanya pada Chat GPT mengenai tema apa saja yang sekiranya menarik untuk ditulis mengenai perempuan di Indonesia.

Saya gali terus dengan pertanyaan (promp) yang sejenis. Dari ragam usulan dan pencarian yang diberikan Chat GPT, saya tertarik pada tema mengenai pahlawan perempuan yang memiliki peranan penting dalam sejarah Indonesia, terutama mengusir penjajah dari tanah air. Lebih spesifik lagi, saya kerucutkan menjadi 15 kisah.
Kemudian pada tahap kedua, terkait sudut pandang, saya memilih untuk mengambil sudut pandang orang ketiga yang berupaya menggali cerita dan makna dari 15 kisah perempuan tersebut.

Saya membuat tokoh imajinatif “aku” dari masa kini yang melakukan perjalanan melintasi batasan ruang dan waktu ke setiap daerah di mana 15 perempuan dalam kisah ini hidup. Dari perjalanannya itu, tokoh “aku” mencoba “hadir” pada penggalan-penggalan masa hidup para perempuan yang menjadi tokoh utama dan menceritakan kembali perjuangannya. Tokoh "aku" hadir untuk berkisah dan berbagi kesan pada pembaca.

Saya kembali dibantu oleh AI pada tahapan ketiga, yaitu memperkaya fakta dan sisi kemanusiaan dari setiap kisah pahlawan perempuan yang saya tulis. Namun tidak cukup dengan hasil dari Chat GPT, saya juga tambahkan dengan pencarian di Bing, mesin pencari yang dikembangkan dan dioperasikan oleh Microsoft serta penelusuran di Google untuk memvalidasi fakta dan data dari kisah-kisah pahlawan perempuan yang mau saya tulis, sekaligus menjadi catatan kaki. Bagi saya, penting untuk menambah layer pengecekan ulang validasi data yang saya jadikan rujukan bagi puisi esai yang saya buat. Pada tahapan selanjutnya, saya membumbui dengan fiksi imajinatif. Saya lebih senang menambahkan adegan dan dialog imajinatif pada cerita, daripada menambahkan tokoh fiksi.

Seperti pada “Tangan Lembut di Balik Sang Saka”, saya tambahkan dialog imajinatif Soekarno kepada Fatmawati:

Teringat ia pada janji suci sang suami
Sudut Bengkulu menjadi saksi
“Dik, perjuangan ini untuk negeri, ikhlaskan diri untuk mengabdi”


Pada tahapan terakhir, yaitu pemilihan diksi, saya kembali menggunakan AI, kali ini adalah Chat GPT serta Monica, platform pengembangan Bot AI satu atap. Saya menggali dengan ragam promp atau instruksi untuk eksplorasi diksi yang saya anggap selaras, indah namun tidak rumit dipahami jika saya gunakan.

Seperti ketika saya meramu bait: 

Perjuangan perempuan tidak melulu soal rahim
Malahayati memilih pedang dan meja runding
Dia membawa serta air mata dan harapan janda-janda prajurit

Hal serupa saya lakukan pada seluruh puisi esai di buku ini. Namun tentu, ada penyesuaian diksi atau cerita yang saya lakukan, berdasarkan preferensi atau kreativitas saya.

Selain tulisan, ilustrasi gambar dan halaman muka buku ini pun saya buat dengan bantuan AI, tepatnya OpenArt dan Dall-E serta sentuhan akhir editing di Canva. Prosesnya serupa, saya membuat gambar dengan promp dan saya sesuaikan dengan selera atau imajinasi saya. Lalu saya edit, apakah warna atau latar belakangnya, hingga menjadi gambar yang saya inginkan.

Saya sendiri gemar menggambar, kadang di media kanvas, tas kulit, dan juga digital. Penggunaan OpenArt dan Dall-E sebagai asisten menggambar saya tidak ubahnya dengan cat dan kuas yang saya gunakan saat menggambar di kanvas atau aplikasi Procreate dan Sketchbook yang biasa saya gunakan di iPad saat menggambar digital.

Penggunaan AI untuk peranan asistensi juga tidak serta merta menggerus kreativitas saya untuk berkarya. Karena gagasan tetap ada di dalam kepala saya dan dituangkan melalui ragam cara, hingga menjadi buku ini. Saya punya gagasan dan semangat untuk menularkan inspirasi dari para perempuan yang ikut andil dalam kemerdekaan Indonesia kepada pembaca. AI punya perangkat yang bisa membantu menumpahkan gagasan saya dengan lebih efektif dan efisien

Harapan saya, buku kumpulan Puisi Esai yang dibuat dengan asistensi AI ini bukan hanya ikut mewarnai taman sastra yang kaya akan ragam bentuk bunga sastra, tapi juga bisa membawa serta inspirasi dari 15 tokoh wanita hebat bagi generasi muda di era modern saat ini. Lebih jauh lagi, penggunaan AI dalam puisi esai juga semakin memperkuat relevansi dan kredo dari puisi esai itu sendiri, “yang bukan penyair boleh ambil bagian”.

*CEO XYZ Plus Agency, Anggota Komunitas Puisi Esai, Postgraduate Student in Business & Communication Management LSPR

Komentar
Silakan lakukan login terlebih dahulu untuk bisa mengisi komentar.
LidahRakyat