Minggu, 19 Januari 2025
lidahrakyat.com
id
en
LidahRakyat
LidahRakyat

Kebudayaan dan Kesenian Pilar Integritas dalam Membangun Bangsa yang Berdaulat

KABA "CATUIH AMBUIH": Kebudayaan Cermin Wajah Suatu Bangsa

Oleh: Muhammad Ishak*
Sabtu, 21 Desember 2024 267
LidahRakyat
Dokumen Pribadi
Muhammad Ishak, aktif di kegiatan Silat, baca Puisi dan Teater sejak belia sampai remaja, aktif dalam pementasan Teater dan Baca Puisi sejak tahun 1989 hingga sekarang

Kebudayaan dan kesenian adalah cermin yang memantulkan wajah suatu bangsa. Seperti sebuah lukisan yang dibuat dengan tangan yang penuh kehati-hatian, kebudayaan membentuk pola pikir dan nilai-nilai masyarakat. Ia mengajarkan kita tentang kejujuran, integritas, dan semangat nasionalisme, yang seharusnya tertanam dalam jiwa setiap individu. Namun, jika pemimpin bangsa ini, yang seharusnya menjadi pemandu arah, tidak menunjukkan integritasnya, maka gambaran indah tersebut mulai retak, seperti kaca yang terbelah. Tanpa teladan yang nyata, bagaimana kita bisa berharap pada generasi muda untuk mencintai negeri tercinta, jika ketidakadilan selalu mengintai di depan mata, dan janji-janji tentang keadilan hanya menjadi bayangan yang menghilang begitu saja?

Cinta pada negeri ini, yang seharusnya tumbuh dari rasa keadilan, akan sulit berkembang di tengah ketidakadilan yang berulang. Kejujuran yang dulu menjadi tiang penyangga bangsa kini terasa seperti barang langka, terabaikan di tengah lautan kepandaian berbicara tanpa substansi. Di dunia yang semakin mengedepankan kecerdikan dan kemampuan berpandai-pandai, apakah integritas masih memiliki tempat? Negara yang dibangun atas dasar kemunafikan dan kepentingan sempit tidak akan pernah berdaulat, karena keadilan yang seharusnya menjadi dasar kekuatannya justru dihancurkan oleh kebohongan dan kepentingan pribadi. Namun, apakah kebudayaan yang baik, jujur, dan bijak mampu membangkitkan kesadaran akan integritas dalam jiwa bangsa? Kebudayaan adalah akar yang tersembunyi di dalam tanah, meskipun tidak terlihat di permukaan, tetapi ia memberi kekuatan yang kokoh pada seluruh pohon bangsa. Jika kebudayaan kita menanamkan nilai-nilai integritas dan semangat nasionalisme, maka perlahan-lahan, kesadaran tersebut akan tumbuh menjadi kekuatan besar yang menggerakkan perubahan. Seperti matahari yang terbit setiap pagi, kebudayaan yang baik dapat memberikan cahaya untuk generasi muda yang mungkin lebih tertarik pada kilau dunia maya ketimbang pada nasihat orang tua yang penuh kebijaksanaan.

Di dunia yang kian terhubung oleh teknologi informasi, di mana banyak yang lebih mendengarkan suara media sosial daripada nasehat orang tua, kebudayaan yang baik dapat menjadi jangkar yang menahan kita dari terbawa arus. Kebudayaan ini dapat mengajarkan keterampilan yang berpusat pada nilai kemanusiaan, untuk memastikan bahwa teknologi digunakan untuk kebaikan bersama, bukan hanya untuk kesenangan pribadi. Cara berpikir yang melihat dunia sebagai suatu kesatuan yang saling terhubung, dapat diterapkan untuk memecahkan masalah besar yang dihadapi oleh bangsa ini. Dengan kebudayaan yang mendalam, kita belajar untuk melihat teknologi bukan hanya sebagai alat, tetapi sebagai bagian dari ekosistem yang lebih besar, di mana setiap elemen berperan dalam membentuk masa depan.

Kebudayaan yang mengajarkan nilai-nilai luhur tidak hanya bertahan dalam kenyataan, tetapi juga dalam bayangan zaman yang terus berubah. Seperti akar pohon yang menyusup dalam tanah, kebudayaan yang kuat akan tetap memberi makan pada generasi yang akan datang, membekali mereka dengan integritas dan kebijaksanaan yang tidak akan lekang oleh waktu. Dalam dunia yang penuh dengan informasi, kebudayaan yang menanamkan nilai-nilai kejujuran dan semangat nasionalisme akan menjadi pemandu yang tak terlihat namun kuat, memberikan arah bagi generasi muda untuk bertindak dengan hati nurani, bukan hanya mengikuti tren sesaat. Inilah yang akan membangun bangsa yang berdaulat-sebuah bangsa yang tak hanya mampu menghadapi tantangan zaman, tetapi juga mampu menjaga nilai-nilai kemanusiaan di tengah kemajuan teknologi yang tiada henti.

Padang, Sumbar, 15 Desember 2024

Biografi Singkat Penulis:

Muhammad Ishak, aktif di kegiatan Silat, baca Puisi dan Teater sejak belia sampai remaja, aktif dalam pementasan Teater dan Baca Puisi sejak tahun 1989 sampai dengan 1995 , tampil di Taman Ismail Marzuki Jakarta, dalam kelompok Teater Dayung Dayung pimpinan A.Alinde   (alm) thn 1992  dan juga tampil di Taman Ismail Marzuki Jakarta ( TIM) dengan Bumi Teater Pimpinan Wisran Hadi (alm) tahun 1994 ,dan aktif pementasan teater di Taman Budaya SUMBAR dan kota lainnya, ikut dalam forum Pejuang Seniman Sumatera Barat (FPS-SB). Sejak tahun 2024,  penulis terlibat sebagai pembicara dalam Kelompok Kreator Era AI, Satu Pena Sumbar,  sebagai anggota  dan mentor komunitas sastra Pondok Puisi Inspirasi Masyarakat (PPIPM).

Penulis bekerja di dunia perbankan selama lebih kurang 28 tahun sejak tahun 1996 sebagian dihabiskan menjadi Direktur Utama selama 20 tahun di beberapa Bank Perekonomian Rakyat (BPR) di Sumbar dan mendirikan BPR milik Pemda Padang Pariaman pada thn 2007, sekarang sebagai Komisaris disamping Advokat dan aktif dalam kegiatan Kebudayaan dan Kesenian.

Komentar
Silakan lakukan login terlebih dahulu untuk bisa mengisi komentar.
LidahRakyat