Minggu, 16 Februari 2025
lidahrakyat.com
id
en
LidahRakyat
LidahRakyat

Mahakarya Randai III Siti Manggopoh: Kisah Heroik Perempuan Minangkabau yang Menginspirasi Bangsa dan Dunia

Oleh: Leni Marlina*
Senin, 13 Januari 2025 213
LidahRakyat
Dokumentasi, lidahrakyat.com, Leni Marlina

LIDAHRAKYAT.COM. Sabtu malam yang penuh semangat, 11 Januari 2025, Gedung Teater Film Usmar Ismail di Jakarta menjadi pusat perayaan budaya, sejarah, dan seni yang hidup. Mahakarya Randai III Siti Manggopoh, persembahan Yayasan Sumbar Talenta dan Gerakan Mudo Minang (GEMUMI), memukau penonton dalam pertunjukan berdurasi dua setengah jam. Karya teater ini tidak hanya merayakan tradisi artistik budaya Minangkabau tetapi juga menghidupkan kembali kisah inspiratif Siti Manggopoh, seorang perempuan pemberani yang memimpin rakyatnya melawan kebijakan pajak kolonial Belanda pada tahun 1908.

Dimulai  pukul 19.30 WIB, pertunjukan ini memikat penonton dengan kisah yang penuh kekuatan dan ekspresi budaya yang autentik, mendapatkan standing ovation dari para hadirin yang di antaranya adalah tokoh penting Indonesia. Turut hadir Sugeng Haryono, Kepala BPSDM Kemendagri; Raden Muhammad Arif, mewakili Duta Besar Indonesia untuk Kuwait; Dr. Andri Warman, Bupati Agam; Dr. dr. Hj. Aragar Putri Deli, MRDM, SpKKLP, Penasihat IKSM Jakarta; dan Ridwan Datuak Tumbijo, anggota DPRD Sumatera Barat sekaligus Ketua Kerapatan Adat Nagari Manggopoh. Kehadiran mereka menegaskan makna historis dan kultural dari acara ini, yang bukan sekadar pertunjukan seni melainkan penghormatan mendalam terhadap semangat abadi Siti Manggopoh—seorang pahlawan yang warisannya terus relevan dengan nilai-nilai keadilan, pemberdayaan, dan persatuan di masa kini.

Siti Manggopoh: Perempuan dengan Keberanian dan Visi


Siti Manggopoh bukan hanya sosok sejarah; ia adalah simbol keberanian, kepemimpinan, dan perlawanan. Lahir di Nagari Manggopoh, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Siti dikenal pada awal abad ke-20 sebagai suara yang teguh melawan penindasan kolonial Belanda.

Kisahnya bermula dari pemberlakuan pajak belasting oleh Belanda, kebijakan yang menghancurkan perekonomian rakyatnya dan merampas martabat mereka. Namun, Siti dengan kecerdasan luar biasa dan tekad yang tak tergoyahkan menolak tunduk pada ketidakadilan ini. Ia menggalang komunitasnya, menyatukan mereka dalam perlawanan strategis dan berani yang berpuncak pada serangan besar terhadap pasukan Belanda pada tahun 1908.

Episode sejarah yang dikenal sebagai Perang Belasting ini menjadi simbol perlawanan terhadap penindasan. Meskipun akhirnya Siti ditangkap, ketangguhannya meninggalkan jejak yang abadi. Suaminya diasingkan ke Manado, dan Siti harus menghadapi penderitaan besar. Namun, warisannya tetap hidup. Hari ini, Siti Manggopoh dikenang tidak hanya sebagai pahlawan Minangkabau tetapi juga simbol kekuatan perempuan di dunia dalam menghadapi ketidakadilan sistemik.

Siti Manggopoh: Warisan Kepahlawanan dalam Goresan Puisi


Nama Siti Manggopoh tidak hanya hidup dalam buku dan catatan sejarah, tetapi juga diabadikan dalam karya sastra yang menggugah termauk dalam puisi. Sosoknya, seorang perempuan tangguh dari Minangkabau yang memimpin perlawanan terhadap penjajahan Belanda, terus menjadi inspirasi bagi banyak generasi. Baru-baru ini, dua penyair  kontemporer Indonesia menghidupkan kembali kisahnya dalam puisi-puisi yang menyoroti warisan perjuangannya.

Puisi Leni Marlina yang berjudul "Siti Manggopoh: Perempuan Pejuang Tangguh" diterbitkan pada tahun 2024 di Forum Sumbar.Com. Dalam karya ini, Marlina melukiskan Siti Manggopoh sebagai simbol keberanian tanpa batas dan keteguhan hati yang menginspirasi. Dengan kata-katanya yang mendalam, puisi ini menyoroti bagaimana Siti memimpin rakyat Nagari Manggopoh dalam melawan pajak kolonial Belanda pada tahun 1908. Marlina memadukan keindahan bahasa dengan kekuatan cerita sejarah, menciptakan penghormatan yang menyentuh hati terhadap pahlawan bangsa ini. Sementara itu, Wisye Paula Deja dalam puisinya yang berjudul "Rinduku Pada Mande Siti Manggopoh" menghadirkan sisi lain dari sang pahlawan. Diterbitkan pada tahun 2025 di Suara Anak Negeri News.Com, puisi ini menggambarkan Siti sebagai sosok ibu bangsa yang penuh kasih, tetapi juga tak gentar dalam menghadapi penindasan. Deja menulis dengan kelembutan emosional, mengungkapkan kerinduan yang mendalam terhadap nilai-nilai kepahlawanan yang ia wariskan, membuat pembaca terhubung secara emosional dengan perjuangan Siti.

Kedua penulis ini adalah anggota Pondok Puisi Inspirasi Pemikiran Masyarakat (PPIPM-Indonesia); anggota  Satu Pena Sumatera Barat; dan anggota Forum Siti Manggopoh -komunitas yang didedikasikan untuk melestarikan  warisan nilai-nilai perjuahan Siti Manggopoh dalam berbagai bidang termasuk sejarah, seni, sastra, budaya.  Melalui karya mereka, Marlina dan Deja tidak hanya mengenang masa lalu tetapi juga membawa semangat Siti Manggopoh ke ranah global, memperkenalkan dunia pada sosok perempuan tangguh yang menjadi simbol perjuangan untuk keadilan dan martabat manusia.

Dengan kata-kata yang melintasi batas geografis dan budaya, kisah Siti Manggopoh menjadi lebih dari sekadar narasi sejarah. Ia menjadi suara yang menyerukan nilai-nilai universal—keberanian, keadilan, dan kesetaraan. Melalui puisi-puisi ini, warisan Siti tetap hidup, menginspirasi dunia untuk terus berjuang melawan ketidakadilan dan memperjuangkan kebenaran.

Perspektif Global tentang Perjuangan Siti Manggopoh

Apa yang membuat kisah Siti Manggopoh menarik bagi audiens internasional adalah relevansinya yang universal. Perlawanan Siti terhadap penindasan kolonial mencerminkan perjuangan untuk kebebasan dan kesetaraan yang terjadi di berbagai belahan dunia. Nilai-nilai yang diperjuangkannya—keadilan, kesetaraan, dan ketangguhan—adalah abadi dan tanpa batas.

Dalam era di mana dunia masih bergulat dengan isu-isu ketidakadilan, kisah Siti menjadi mercusuar harapan dan pemberdayaan. Ia mengingatkan kita bahwa perjuangan untuk martabat dan hak bukanlah milik satu bangsa atau kelompok, melainkan usaha bersama umat manusia. Lewat medium Randai—seni teater khas Minangkabau yang menggabungkan musik, tari, seni bela diri, dan narasi—kisahnya dihidupkan kembali untuk audiens modern, menjembatani warisan lokal dengan tema global. Pertunjukan ini melampaui batas budaya, mengundang penonton dari berbagai latar belakang untuk terhubung dengan pesan ketangguhan dan persatuan yang abadi.

Peran Perempuan dalam Kepemimpinan: Pelajaran dari Siti Manggopoh


Kisah Siti Manggopoh menantang konsep tradisional tentang kepemimpinan dan menyoroti peran penting perempuan dalam membentuk sejarah. Dalam budaya Minangkabau yang terkenal dengan sistem matrilinealnya, perempuan memegang peran sentral. Namun, Siti melampaui norma-norma yang ada dengan mengambil peran aktif dalam perlawanan, memimpin tidak hanya dalam pemikiran tetapi juga dalam tindakan.

Kisahnya menunjukkan bahwa kepemimpinan tidak didefinisikan oleh gender, melainkan oleh keberanian untuk membela kebenaran. Warisan Siti terus menginspirasi perempuan di seluruh dunia untuk mengambil peran dalam berbagai bidang, mulai dari politik dan pendidikan hingga seni dan aktivisme.

Kebangkitan Sejarah Melalui Keunggulan Artistik

Pertunjukan "Mahakarya Randai III Siti Manggopoh" adalah mahakarya dalam bercerita budaya. Dengan 100 pemain, termasuk 50 pemain inti dan 50 pendukung, pertunjukan ini menjadi pesta visual dan auditori. Elemen seni Minangkabau yang ditampilkan antara lain:

* Tari Pasambahan dan Galombang: Tarian tradisional yang melambangkan penghormatan dan keramahan.

* Randai Kreasi dan Dendang Minang: Narasi melalui dialog dan lagu melodius.

* Tari Indang dan Tari Piriang: Tarian simbolis yang menampilkan kerja sama dan keindahan budaya.

* Silat Tradisional: Seni bela diri yang menggambarkan keberanian dan keterampilan.

Pelestarian Budaya: Membawa Warisan Indonesia ke Dunia

Di luar pencapaian artistiknya, "Mahakarya Randai III Siti Manggopoh" adalah alat diplomasi budaya yang kuat. Karya ini memperkenalkan dunia pada kekayaan tradisi Minangkabau dan menegaskan komitmen Indonesia dalam merayakan keragaman budayanya. Melalui cerita seperti Siti Manggopoh, Indonesia berkontribusi pada narasi global yang menginspirasi, mendidik, dan menyatukan umat manusia.

Semoga warisan Siti Manggopoh terus menginspirasi masyarakat Indonesia dan dunia untuk mengedepankan keadilan, kemanusiaan, dan keberanian.

-------------------
*Penulis adalah Board Of Editor pada Portal berita Online lidahrakyat.com; PPIPM Indonesia; Satu Pena Sumbar; FSM, assisted by AI

Sumber Gambar: Dokumentasi dari Sastri Bakry

Komentar
Silakan lakukan login terlebih dahulu untuk bisa mengisi komentar.
LidahRakyat