Film terbaru besutan Azazel Jacobs, His Three Daughters, memancarkan riak cinta-tapi-benci-tapi-cinta antarsaudara. Salah satu film independen terbaik 2024.
Jika seorang ayah sudah berada di gerbang ajal, hari-hari terakhirnya dalam kehidupan dunia yang majal, apa yang akan dilakukan anak-anaknya? Sineas Azazel Jacobs menjawab pertanyaan ini dengan menulis skenario yang diperuntukkan bagi tiga aktris dan kawan dekatnya: Carrie Coone, Natasha Lyonne dan Elizabeth Olsen. Ini teknik penulisan skenario yang sudah semakin jarang dilakukan di industri perfilman yang serba bergegas.
Carrie Coone mendapat peran sebagai Katie, sulung dari tiga bersaudari. Seorang alpha female yang selalu mendominasi suasana di mana pun dia berada. Jika sedang bicara seakan tak pernah belajar tanda baca, tanpa titik koma. Natasha Lyonne sebagai Rachel, anak kedua yang eksentrik-urakan, pemadat marijuana dan penjudi pertandingan olahraga. Sementara Elizabeth Olsen dengan binar mata seindah bintang kejora adalah si bungsu Christina yang tenang. Seorang pasifis yang disiplin berlatih yoga.
Ketiga saudari lahir dari rahim perempuan yang berlainan. Katie dan Christina bersaudara kandung dari ibu yang sama, sedangkan Rachel dari ibu berbeda. Ibu mereka sudah lama meninggal dunia. Hanya Rachel yang selalu berada di sisi ayah mereka, di apartemen keluarga yang terletak di satu bagian New York City. Katie menetap di Brooklyn. Meski tak jauh dari lokasi sang ayah, namun paling banter dia hanya sebulan sekali datang menjenguk. Sedangkan Christina tinggal di California bersama keluarga mungilnya.
Dengan kondisi kesehatan yang sudah tak tersembuhkan, ketiga putri memilihkan perawatan paliatif di rumah ( hospice ) bagi ayah mereka dengan bantuan perawat yang berjaga pada jam-jam tertentu. Untuk pertama kalinya Katie, Rachel, dan Christina satu rumah lagi untuk menghadapi momen paling dramatis dalam kehidupan: menghadapi kematian ayah tercinta. Sebuah peristiwa yang paling tak ingin dialami anak-anak yang mencintai orang tua mereka.
Bahkan untuk saat-saat sesulit itu, proses komunikasi dan interaksi ketiganya tak bisa selancar yang mereka harapkan. Selalu ada letupan emosi sampai ledakan ucapan yang ofensif-destruktif tersebab jejak hubungan persaudaraan kala mereka lebih muda yang juga tak selalu dalam harmoni.
Apalagi setelah datang tokoh baru Benjy (Jovan Adepo), pacar Rachel, yang menambah panas komunikasi ketiga saudari. Konfrontasi terbuka pecah, khususnya antara Benjy vs Katie dan berlanjut antara Rachel vs Katie yang mencapai klimaks titik didih, sementara ayah mereka terbaring lunglai tak berdaya di kamar sebelah.
Lantas bagaimana dengan kelanjutan hidup sang ayah serta kelanggengan persaudaraan mereka? Ini pertanyaan yang jawabannya harus ditemukan sendiri oleh penonton di antara intensitas dialog yang semakin menukik dalam esensi makna “bersaudara”—baik kandung maupun tiri. Meski nuansa pedih terus bermunculan, namun Sutradara Jacobs tak membuatnya terperosok menjadi situasi depresi. Sesekali muncul aroma humor getir yang bisa membuat penonton tersenyum pahit meski pelupuk mata sedang basah.
Menyaksikan film ini juga memberikan efek seperti melihat drama panggung. Ruang apartemen mereka yang terbatas dan properti yang tipikal apartemen kelas menengah tak ubahnya seperti setting panggung, meski sesekali ada adegan luar ruang di taman ketika Rachel harus merokok marijuana tersebab larangan Katie untuk merokok di dalam apartemen. Hebatnya Jacobs, adegan luar ruangan ini tak hanya menjadi kesendirian Rachel melainkan menjadi ajang percakapan dengan petugas keamanan apartemen, melalui dialog-dialog singkat yang memberikan aksentuasi bagi kegentingan situasi yang sedang terjadi.
Dari sisi biaya produksi, His Three Daughters merupakan film biaya rendah dalam standar blockbuster Hollywood. Tak ada efek spesial atau adegan extravaganza yang membutuhkan pemeran pengganti dengan ongkos mahal. Penonton seperti melihat mimesis kehidupan sehari-hari, yang bahkan mungkin bertaut dengan sebagian kehidupan masing-masing dalam riwayat persaudaraan yang unik dan spesifik, tetapi tetap membubuhkan suasana cinta-tapi-benci-tapi-cinta antarsaudara yang terkenal itu. Lari tak bisa, tak lari tak bisa.
Mungkin tersebab faktor-faktor itu jugalah maka National Board Review of Motion Pictures menabalkan His Three Daughters sebagai satu dari 10 Film Independen Terbaik 2024. Mutu skenario dan penyutradaraan Azazel Jacobs memang menarik dan kuat. Namun ruh pengadeganan yang dibawakan trio tour de force Carry Coone, Natasha Lyonne dan Elizabeth Olsen lah yang membuat cerita menjadi memikat.
Jakarta, 12 Januari 2025
*Penulis adalah Anggota Satu Pena