Beberapa kali seorang teman di grup WhatsApp meminta saya membahas Stoikisme. Sepertinya ini waktu yang tepat, terutama untuk para kandidat dan tim sukses yang kalah Pilkada.
- Sambil menyeruput kopi kiriman kawan dari Sebawi, Sambas, mari kita bahas, "Apa sih Stoikisme itu?" Kedengarannya keren, bukan?
- Di tengah dunia penuh drama dan cicilan, Stoikisme—filsafat kuno asal Yunani—tiba-tiba jadi topik populer. Marcus Aurelius, seorang kaisar Romawi yang lebih suka menulis jurnal ketimbang perang, dan Seneca, penulis sekaligus penasihat Kaisar Nero (yang ironisnya akhirnya diminta mati), adalah dua tokoh utamanya. Mereka mengajarkan cara hidup tenang, tapi tetap produktif.
- Aurelius pernah berkata, "Jika dunia ini kacau, tetaplah fokus pada dirimu sendiri." Terjemahan bebasnya: kalau mantan menikah dengan teman sendiri, jangan menangis sambil ngopi. Terima saja. Fokus bayar kosan. Atau, kalau kalah Pilkada, tenangkan diri, lalu kirimkan karangan bunga untuk pemenang. Selesai.
- Seneca, di sisi lain, lebih dramatis. Ia pernah menulis, "Hidup itu singkat, tapi kalau dihabiskan untuk hal-hal tidak penting, ya makin singkat." Menurutnya, kita sering membuang waktu untuk hal yang tidak perlu, seperti menyimpan dendam. Daripada kesal dengan driver ojek online yang salah alamat, lebih baik belajar memaafkan.
- Kunci Stoikisme? Dua kata: kendali dan pasrah. Kendalikan apa yang bisa kita atur. Pasrahkan apa yang di luar kuasa kita. Contohnya, kalau hujan turun, kita tidak bisa mengontrol cuaca, tapi kita bisa memutuskan apakah akan memakai jas hujan atau nekat naik motor sambil menggerutu.
- Namun, menjalani Stoikisme memang tidak mudah. Hidup ini penuh drama, dan terkadang kita tergoda untuk marah. Tapi Aurelius mengingatkan, "Marah itu seperti api—menyala sebentar, tapi yang terbakar adalah hati sendiri." Jadi, belajar tenang adalah kunci, bahkan setelah kalah Pilkada dengan kerugian miliaran. Kalau Wi-Fi mati, jangan langsung ngamuk. Cobalah meditasi atau sekadar tidur sebentar.
- Seneca juga memberi nasihat soal kekayaan: "Yang miskin bukan yang tidak punya uang, tapi yang merasa selalu kurang." Jadi, jika gaji UMR habis untuk beli kopi literan, jangan salahkan dunia. Stoikisme mengajarkan kita untuk bersyukur dan menabung, sedikit demi sedikit.
- Penting dicatat, Stoikisme bukan tentang menjadi pasif. Filosofi ini mengajarkan untuk bertindak dengan tenang dan bijak, bukan bermalas-malasan sambil berkata, "Ini sudah takdir." Kalau kita tidak berusaha, Aurelius mungkin akan bangkit dari kuburnya dan menepuk jidat kita sambil berkata, "Lakukan apa yang kamu bisa, manusia fana."
- Jika Anda merasa dunia ini tidak adil, belajarlah dari Stoikisme. Hidup ini singkat, kata Seneca, jadi jangan habiskan untuk stres karena hal kecil. Fokuslah, sabar, dan terus melangkah. Atau seperti yang Aurelius bilang, "Bangun pagi, jangan lupa bersyukur. Meskipun hidup berat, setidaknya kamu masih punya kopi."
- Untuk Anda yang kalah Pilkada, mungkin ada baiknya mencoba mendalami Stoikisme. Kalau belum siap, minimal banyakin ngopi saja dulu. (Rosadi Jamandi)