Survei Meleset, Masihkah Kita Percaya Lembaga Survei?
Kredibilitas Lembaga Survei
Oleh: Meja Redaksi Lidah Rakyat
Jumat, 29 November 202460
Ilustrasi
Dulu, survei politik dianggap sebagai tolok ukur akurat, seperti jarum jam yang selalu menunjuk waktu dengan tepat. Namun, kini kepercayaan itu mulai pudar. Survei politik sering kali terasa seperti kompas rusak, menunjuk ke arah yang salah di tengah ketidakpastian. Pilkada Banten 2024 menjadi contoh nyata bagaimana lembaga survei tak lagi memegang predikat sebagai penjaga akurasi data.
Sebelum hari pencoblosan, berbagai lembaga survei besar memproyeksikan kemenangan Airin Rachmi Diany dan Ade Sumardi. Dengan elektabilitas yang digambarkan tak tertandingi, mereka disebut sebagai kandidat tak terkalahkan, apalagi Airin memiliki rekam jejak politik kuat sebagai mantan Ketua Timses Prabowo. Seolah-olah, Banten sudah “dipagari” oleh popularitas mereka. Namun, hasil pemilu berkata lain. Dalam hitung cepat, Andra Soni dan Dimyati Natakusumah keluar sebagai pemenang telak dengan 57,52% suara. Prediksi sebelumnya runtuh seperti kastil pasir tersapu ombak, meninggalkan pertanyaan besar tentang kredibilitas lembaga survei.
Kesalahan di Mana?
Apa yang sebenarnya terjadi? Beberapa spekulasi muncul:
1. Overconfidence dalam Data
Ada kemungkinan lembaga survei terlalu percaya pada angka yang mereka kumpulkan. Mereka lupa bahwa pemilih adalah manusia yang dapat berubah pikiran kapan saja, dipengaruhi berbagai faktor seperti isu terkini atau dinamika lapangan.
2. Kesalahan Metodologi
Survei mungkin dilakukan pada waktu atau tempat yang tidak representatif. Contohnya, jika survei dilakukan di jam makan siang, responden mungkin menjawab asal-asalan demi melanjutkan aktivitas mereka.
3. Bias atau Kepentingan Tertentu
Teori konspirasi tak terhindarkan. Ada yang menduga bahwa survei sengaja “dikemas” untuk membentuk opini publik demi mendukung pihak tertentu. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa strategi ini bisa menjadi pedang bermata dua.
4. Kurangnya Ketelitian
Sebagian orang mempertanyakan apakah survei ini dilakukan dengan tergesa-gesa atau tanpa mempertimbangkan aspek-aspek penting yang bisa memengaruhi hasil akhir.
Menciptakan Drama atau Kehilangan Kredibilitas?
Ada juga kemungkinan bahwa survei yang meleset ini hanyalah bagian dari “permainan besar.” Ketidaktepatan data mungkin dirancang untuk menciptakan sensasi. Sebab, apa serunya jika semua prediksi selalu tepat? Kejutan adalah bumbu dalam kontestasi politik, meskipun di sisi lain, ini mencoreng reputasi lembaga survei.
Belajar dari Kesalahan
Apapun alasannya, lembaga survei kini dihadapkan pada tamparan keras. Kepercayaan publik tak bisa dibeli; kredibilitas hanya bisa diraih melalui kerja keras dan transparansi. Pilkada Banten 2024 menjadi peringatan keras bahwa metode dan etika survei perlu ditinjau ulang.
Selamat kepada Andra Soni dan Dimyati Natakusumah atas kemenangan telaknya. Sementara itu, untuk lembaga survei, ini adalah momen untuk merenung. Apakah mereka masih layak dipercaya? Atau sudah saatnya publik lebih mempercayai insting dan suara hati mereka sendiri?