Selasa, 10 Desember 2024
lidahrakyat.com
id
en
LidahRakyat

Drama Masa Tenang

Jelang Pemilukada, 27 November 2024

Oleh: Meja Redaksi Lidah Rakyat
Selasa, 26 November 2024 42
LidahRakyat
Ilustrasi

Masa tenang. Istilahnya indah, tapi praktiknya? Seperti mencoba tidur siang di tengah pasar malam.

Hari-hari jelang 27 November 2024 esok, bukannya tenang, malah riuh. Para kandidat dan tim suksesnya tak bisa duduk manis. Mereka gelisah seperti kucing melihat ikan asin di dalam toples. Kenapa? Karena di balik bayang-bayang tenang, ada manuver-manuver tingkat dewa yang bikin kipas angin pun iri.

Demo, katanya untuk menyuarakan keadilan. Tapi, siapa yang percaya? Tuntutannya klise, pilih kandidat bersih, jangan korup. Tapi kita semua tahu, demo ini arahnya sudah dikunci GPS. Targetnya? Jatuhkan kandidat tertentu. Penonton jalanan cuma bisa mengangguk-angguk, pura-pura terharu. Padahal dalam hati, "Aduh, bos, drama ini naskahnya basi banget."  
"Aduh, ujan ribut pon maseh demo, berapa budak dibayar tu," celoteh Wak Labuk.

Belum selesai kita menertawakan demo, muncul lagi survei-survei. Sumbernya? Ah, jangan tanya. Nama lembaganya aja seperti dibikin di warung kopi. Yang penting grafiknya keren, lengkap dengan warna-warni ala pelangi, dan kandidat yang dibela pasti ada di atas.  Suara Pemred menyebutnya survei macam ini, survei merampot.

Hasil survei ini disebar bak brosur diskon cuci gudang. Tujuannya? Menggoyahkan hati para pemilih mantap. Supaya yang semula pilih kandidat A, tiba-tiba berpaling ke B. Kalau nggak berhasil? Nggak apa-apa. Yang penting bikin ramai dulu.

Nah, ini yang paling dinanti, “serangan fajar.” Sebuah istilah yang lebih terkenal dari agenda sidang DPR. Malam sebelum pencoblosan, suasana mendadak seperti film horor. Orang-orang berkeliaran dalam gelap, mengetuk pintu dengan amplop di tangan.

Konon, ini jurus pamungkas. Kalau survei nggak ngefek, demo nggak laku, ya amplop yang bicara. Amplop ini ibarat sinyal Wi-Fi, bikin hati yang galau langsung terhubung. Mau pilih siapa? Tergantung tebal tipis amplop.

Masa tenang ini sebetulnya nggak pernah ada. Semua pihak seperti pemain opera sabun, tampil dramatis demi memenangkan panggung. Bagi rakyat jelata? Tinggal duduk, makan kerupuk, dan menikmati tontonan. Tapi ingat, esok harinya tetaplah ke TPS. Jangan sampai kita hanya jadi penonton di panggung yang sebenarnya milik kita. Amplop boleh lewat, survei boleh terbang, tapi pilihan ada di tangan. Masa tenang ini? Biarlah jadi lelucon sejarah.

Alhamdulillah, barusan Pak RT ngirim undangan memilih esok. Tanda saya siap dipilih, eh salah siap memilih. (Rosadi Jamani)

Komentar
Silakan lakukan login terlebih dahulu untuk bisa mengisi komentar.