Selasa, 10 Desember 2024
lidahrakyat.com
id
en
LidahRakyat

Rupanya KPK Bisa "Diorder"

Operasi Tangkap Tangan

Oleh: Meja Redaksi Lidah Rakyat
Minggu, 24 November 2024 44
LidahRakyat
Ilustrasi

Kita lanjut soal Bengkulu lagi. Seru dan makin absurd saja. Di balik OTT KPK, ada kisah seru. KPK sesuai orderan.

Di sela-sela menghadiri pesta pernikahan di Rumah Melayu, yok kita ulas lagi keseruan Pilkada Bengkulu yang makin panas. Kalbar sih sudah adem.

Bengkulu memang lagi heboh! Mirip kehebohan Kalsel kemarin. Kali ini kasusnya beda. Kalau biasanya Bengkulu jarang masuk headline, kali ini geger gara-gara drama Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK yang dikaitkan dengan Gubernur petahana, Rohidin Mersyah. Tapi tunggu dulu, ini bukan cerita polisi main ke desa untuk tangkap maling ayam, ini kisah penuh intrik ala serial politik murahan.

Narasi konspirasi mulai memanas setelah viral video debat kandidat Pilkada. Helmi Hasan, rival Rohidin, tampaknya sempat “meramal” nasib saingannya. “Bapak Rohidin satu-satunya calon yang akan berurusan dengan KPK,” katanya dengan penuh keyakinan. Ia seakan sudah menerima spoiler dari penulis naskah. Apakah ini firasat atau kode WhatsApp yang bocor?

Fakta tambah seru ketika aksi OTT ini terjadi menjelang detik-detik Pilkada. Timing-nya pas banget, seperti sinetron yang klimaksnya muncul di episode terakhir. Para pendukung Rohidin berteriak, “Ini pesanan politik!” Bak gayung bersambut, netizen ikut berspekulasi, “Jangan-jangan ini agenda setting kubu lawan!”

Video OTT-nya? Wah, jangan ditanya. Kalau tak tahu konteksnya, ente mungkin pikir itu penggerebekan teroris. “BERHENTI! MANA KONTAK MOBIL! MATIKAN!” teriak petugas KPK dengan nada yang bikin bulu kuduk merinding.

Di balik layar, tokoh agama, adat, dan emak-emak tak tinggal diam. Mereka berlinang air mata menyaksikan Gubernur kebanggaan Bengkulu diperlakukan seperti penjahat jalanan. Drama ini makin viral, lengkap dengan adegan slow motion dan musik latar penuh haru.

Kapolresta Bengkulu buru-buru bikin klarifikasi. Katanya, ini bukan penangkapan, hanya pemeriksaan biasa. Namun, publik bertanya-tanya, “Kenapa pemeriksaan harus dengan gaya SWAT?”

Narasi media jadi tambah seru, karena setiap portal punya versi sendiri. Ada yang bilang OTT, ada yang bilang cuma diminta keterangan. Kalau begini, KPK dan Kapolresta kayak lagi main tebak-tebakan: “Ini OTT atau bukan?”

Pendukung Rohidin jelas ngamuk. Mereka mendatangi kantor polisi, menuntut penjelasan. Tapi, polisi hanya bisa angkat bahu, karena ini urusan KPK. Di sisi lain, kubu lawan menikmati kopi khas Bengkulu sambil tersenyum kecil dari kejauhan.

Benarkah ini konspirasi? Atau cuma kebetulan yang terlalu sempurna? Yang jelas, Pilkada Bengkulu kini bukan cuma soal suara rakyat, tapi juga soal siapa yang paling pintar memainkan drama politik.

Akhirnya, kita hanya bisa menunggu ending cerita ini. Apakah Rohidin jadi pahlawan yang kembali merebut hati rakyat, atau justru jadi korban skenario besar. Satu hal yang pasti, Bengkulu sekarang viral, meski bukan karena keindahan pantainya.(Rosadi Jamani)

Komentar
Silakan lakukan login terlebih dahulu untuk bisa mengisi komentar.