/1/
Di Bawah Langit yang Tak Berbicara
Ia bagaikan langit yang tak bicara,
tak memberi janji di antara awan-awan yang berarak,
tak menawarkan pelangi di tengah hujan badai,
hanya birunya yang pekat, menyelimuti tanpa suara.
Diamnya adalah luka yang tertahan,
tak terlihat namun terasa di balik mata yang letih,
seperti garis-garis awan yang tak pernah sama,
berubah, namun tetap setia di atas kepala.
Dan meski ia tak mampu menyentuh bumi,
ia mengiringi langkahmu, memberi bayang pada siang,
memberi kerlip pada malam yang kosong,
tak peduli seberapa jauhnya jarak,
ia ada di sana, menunggumu dalam senyap.
Padang, Sumbar, 2010
/2/
Pasir yang Memeluk Tanpa Jejak
Kini, lihatlah dirinya yang menjelma bagaikan pasir, yang tenang di bawah ombak,
mengalir dan terbawa, namun tak pernah menghilang,
menjadi pelukan diam di bawah langkahmu,
meski jejakmu terhapus, ia tetap ada di sana.
Pasir itu adalah saksi dari rasa yang tak terucap,
yang menerima segala beban tanpa keluh,
menyerap setiap air mata yang jatuh,
lalu tenggelam dalam senyap, tak memberi tanda.
Kau tak pernah tahu betapa dalam ia menahan,
menyimpan rahasia di balik tiap butirnya,
dan saat kau pergi, ia tak menahan,
hanya terus berbisik dalam diam,
mencintai tanpa pernah berharap kembali.
Padang, Sumbar, 2010
/3/
Akar yang Menunggu di Bawah Bumi
Sadarkah kah kau, ia bagaikan akar yang tak terlihat,
tersembunyi di bawah tanah, jauh dari cahaya,
tak meraih bunga, tak menyentuh angin,
hanya menunggu, tak bergeming di dalam gelap.
Dalam kesunyian, ia menyusupkan kekuatan,
mengaliri pohon tanpa pernah meminta pujian,
menerima hujan tanpa pernah terlihat,
seperti cinta yang tak butuh sorot mata.
Dan ketika badai menerjang dengan beringas,
ia tak melawan, hanya menggenggam lebih erat,
menyimpan jiwamu di kedalaman yang tak tersentuh,
sebab baginya, cinta tak perlu dipuja,
cukup berada di sana, menjadi fondasi yang setia.
Padang, Sumbar, 2010
/4/
Bayang-Bayang yang Tak Tersentuh
Ia datang bagai bayang dalam senyap,
tak mengucap janji, tak menawarkan mimpi,
hanya menyelimuti hatimu dengan kehadiran samar,
seperti malam yang meluruhkan segala hiruk-pikuk dunia.
Ia tak menggenggammu, namun memeluk dengan kehadirannya,
tak memberi kata, namun hadir di tiap lirih sunyi,
seperti bayangan pohon yang merunduk rendah,
menjaga tubuhmu dari terik panas, tanpa terasa.
Di balik diamnya ada cerita yang tak kau ketahui,
kisah yang tertinggal dalam tatap kosong,
seperti kabut di pagi hari, rapat menyatu dengan udara,
tak pernah menghilang, meski tak dapat kau genggam.
Padang, Sumbar, 2010
/5/
Cinta yang Tak Pernah Bernama
Ia tak pernah berbicara tentang cinta,
tak ada kata mesra, tak ada tanda nyata,
namun dalam diamnya kau temukan kekuatan,
seperti akar yang tersembunyi, mencengkeram erat tanah.
Setiap langkahnya adalah untaian doa,
yang tak kau dengar, namun kau rasa hangatnya,
ia tak meminta pengakuan, tak menuntut gelar,
hanya berdiri teguh di sampingmu, tanpa suara.
Namanya tak pernah kau sebut dalam doa-doa malam,
namun ia adalah doa yang tak perlu dikatakan,
menjaga hatimu dalam jarak yang tak terlihat,
seperti angin yang membelai, tenang, tanpa kata.
Padang, Sumbar, 2024
/6/
Laut yang Menyimpan Rahasia
Lihatlah dia yang bagaikan laut dalam dan gelap,
diamnya menelan ribuan cerita,
seperti ombak yang diam-diam datang,
menghapus jejakmu di pantai, meninggalkan ketenangan.
Kau tak tahu seberapa jauh kedalamannya,
namun setiap riaknya membawa rasa teduh,
ia menyimpan rahasia yang tak pernah diceritakan,
mengalir di antara karang-karang sunyi, tanpa batas.
Ketika kau resah, ia membisu dalam pelukan pasangnya,
menenangkan tanpa kata, menyentuh tanpa suara,
seperti laut yang setia pada pantai,
tak peduli berapa kali dunia menginginkan jaraknya pergi.
Padang, Sumbar, 2010
Riwayat Singkat
Puisi ini awalnya ditulis oleh Leni Marlina hanya sebagai hobi dan koleksi puisi pribadi tahun 2010 Puisi tersebut direvisi kembali serta dipublikasikan pertama kalinya melalui media digital tahun 2024.
Leni Marlina merupakan anggota aktif Asosiasi Penulis Indonesia, SATU PENA cabang Sumatera Barat. Ia juga merupakan anggota aktif Komunitas Penyair & Penulis Sastra Internasional ACC di Shanghai, serta dipercaya sebagai Duta Puisi Indonesia untuk ACC Shanghai Huifeng International Literary Association. Selain itu, Leni terlibat dalam Victoria's Writer Association di Australia. Sejak tahun 2006, ia telah mengabdikan diri sebagai dosen di Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang.Leni juga merupakan pendiri dan pemimpin sejumlahkomunitas digital yang berfokus pada sastra, pendidikan, dan sosial, di antaranya:, (1) Komunitas Sastra Anak Dunia (WCLC): https://rb.gy/5c1b02, (2) Komunitas Internasional POETRY-PEN; (3) Komunitas PPIPM (Pondok Puisi Inspirasi Masyarakat): https://tinyurl.com/zxpadkr; (4) Komunitas Starcom Indonesia (Starmoonsun Edupreneur Community Indonesia): https://rb.gy/5c1b02.