/1/
Laksana Lautan yang Tak Pernah Kering
Kita, tak takut pada kemelut zaman,
meski dunia melaju dengan kecepatan nyeri.
Badai datang tanpa henti,
menghantam lembah-lembah kesadaran yang rapuh.
Kita, tak akan tenggelam.
Kita laksana lautan yang tak pernah kering,
tak pernah terkuras oleh arus arus palsu.
Di kedalaman hati kita,
kebanggaan dan cita-cita takkan padam.
Dari tanah yang kita injak,
berakar akar pikiran yang penuh nyala,
kita melawan arus
untuk membawa kembali kebanggaan yang hilang,
dari perangkap yang memenjarakan tubuh kita.
Padang, Sumbar, 2019
/2/
Menembus Dinding Keterasingan
Di balik dinding yang tampak kokoh,
tersembunyi jiwa-jiwa yang terpenjara.
Keterasingan membungkus tubuh kita,
dan kita terlupa—mereka yang menciptakan dinding itu,
hanya ingin kita melupakan akar kita.
Di balik batu-batu yang menumpuk,
ada suara-suara yang siap menembus.
Tak ada tembok yang tak bisa runtuh
jika kita cukup sadar
bahwa kebebasan itu,
tak hanya milik yang kuat—
melainkan milik kita semua.
Bangkitlah,
kita pecahkan dinding keterasingan itu
dengan suara yang keras,
terdengar di setiap sudut negeri yang luas.
Padang, Sumbar, 2019
/3/
Jiwa yang Dihidupkan Kembali
Kita seperti daun yang jatuh dari pohon,
terhempas oleh angin masa lalu.
Kita bangkit lagi,
seperti akar yang mencengkeram tanah
dengan keinginan membara.
Kita adalah api yang tak pernah padam,
meskipun bayangan keserakahan dunia
mencoba menutupi nyala kita.
Mereka yang membungkam kita,
akan tahu bahwa suara jiwa ini
tak pernah bisa dibungkam—
kebangkitan adalah bagian dari takdir kita.
Padang, Sumbar, 2019
/4/
Laut yang Tak Pernah Diam
Kita tak bisa dibiarkan terbenam
dalam kubangan waktu yang melenakan.
Mereka yang ingin membuat kita lemah,
akan melihat bahwa kita adalah laut
yang tak pernah diam.
Sebab, meskipun gelombang datang,
meskipun ombak mencakar cakrawala,
laut tetap ada—terus membentang,
terus bergerak,
terus memeluk pantai dengan harapan
bahwa esok, akan ada kebebasan yang lebih besar.
Padang, Sumbar, 2019
/5/
Di Tengah Kepungan
Bersama-sama, kita berdiri di tengah kepungan,
di tengah reruntuhan dunia yang mereka buat.
Kita bukan debu yang terbang terbawa angin.
Kita adalah api yang tidak pernah mati.
Tak ada perangkap yang cukup kuat
untuk mengurung kita dalam bayang-bayang.
Kita adalah para pejuang yang tak akan menyerah,
bahkan di saat-saat yang paling gelap.
Dan dari kehancuran,
kita akan membangun sebuah dunia baru,
dunia yang lebih bebas, lebih cerdas,
lebih manusiawi.
Padang, Sumbar, 2019
/6/
Dari Perangkap yang Membelenggu
Ada yang mencoba membelenggu kita dengan kebohongan,
menjerat pikiran kita dengan bayang-bayang yang menipu.
Kita tahu—
tak ada perangkap yang abadi.
Kita adalah bangsa yang kuat,
dengan akar yang menembus bumi,
dengan hati yang penuh cahaya.
Mereka yang berusaha mengikat kita
akan merasakan bahwa kebebasan kita
tak bisa dihentikan oleh rantai siapa pun.
Padang, Sumbar, 2019
/7/
Menumbuhkan Jiwa yang Tertidur
Kita adalah jiwa-jiwa yang tertidur terlalu lama,
terlena dalam kenyamanan yang semu.
Sekarang, dalam kegelapan ini,
sebuah cahaya muncul—
dan ia menghidupkan kita kembali.
Kita bangkit dengan keberanian
yang tak bisa dipadamkan oleh apapun.
Tak ada yang bisa menghentikan kita,
karena kita adalah suara yang menggema
dalam setiap langkah kita.
Padang, Sumbar, 2019
/8/
Angkat Bayangan Masa Lalu
Kita berdiri di hadapan bayangan masa lalu,
dan bayangan itu mencoba menarik kita kembali.
Kita tahu—
kita bukan lagi mereka yang takut pada bayang-bayang.
Kita adalah cahaya yang datang setelah gelap,
setelah tidur panjang dalam ketidaktahuan.
Bangkitlah!
Sekarang saatnya untuk meninggalkan bayang-bayang,
dan berjalan menuju dunia yang penuh harapan.
Padang, Sumbar, 2019
/9/
Masa Lalu dan Masa Depan
Kita adalah jembatan
yang menghubungkan masa lalu dan masa depan.
Di atasnya, kita berjalan dengan kebijaksanaan
dan kekuatan yang telah teruji oleh waktu.
Kita tak akan jatuh,
karena setiap langkah kita adalah langkah yang bijaksana.
Jembatan ini bukan hanya terbuat dari batu—
tetapi dari darah dan air mata
yang menyatukan kita dalam satu tujuan.
Untuk mencapai kebebasan,
untuk membawa tanah air kita ke puncak kemuliaan.
Padang, Sumbar, 2019
/10/
Bunga yang Tumbuh di Atas Batu
Kita adalah bunga yang tumbuh di atas batu.
Dari tanah yang keras, kita tumbuh,
menantang segala yang menekan kita.
Tak ada yang bisa menahan kita—
karena kita adalah kehidupan yang tak pernah berhenti tumbuh.
Bahkan di tempat yang paling gelap,
di bawah batu-batu yang berat,
kita tetap bertahan.
Karena kita tahu—
hanya dengan melawan,
kita akan mendapatkan cahaya yang sejati.
Padang, Sumbar, 2019
Riwayat Singkat Penulis
Puisi ini awalnya ditulis oleh Leni Marlina hanya sebagai hobi dan koleksi puisi tahun 2019. Puisi tersebut direvisi kembali serta dipublikasikan pertama kalinya melalui media digital tahun 2024.
Leni Marlina telah mengabdi sebagai dosen tetap di Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang sejak tahun 2006. Penulis juga merupakan pendiri dan kepala beberapa komunitas digital bidang sastra, pendidikan dan sosial termasuk World Children's Literature Community (WCLC): https://rb.gy/5c1b02; POETRY-PEN International Community; komunitas PPIPM (Pondok Puisi Inspirasi Masyarakat) Starcom Indonesia; (Starmoonsun Eduprenuer Community Indonesia): https://rb.gy/5c1b02
Sebagai anggota aktif dari Perkumpulan Penulis Indonesia SATU PENA Sumatera Barat, penulis juga terlibat dalam kolaborasi internasional, seperti Victoria Writers Association di Australia dan ACC International Writers Community di Hong Kong.