Saya belum move on, wak! Buka tv, youtube, tiktok, highlight Timnas vs Saudi yang dicari. Apalagi aksi Marselino itu, selalu muncul di beranda. Keren. Sambil menikmati Tomyam di Kafe Gleam Pontianak, yok dikupas lagi kehebatan anak asuh STY in.
Ada malam-malam yang terlalu indah untuk dilupakan. Ada momen-momen yang terukir di dalam hati. Bukan hanya karena keindahannya, tetapi juga karena harapan yang dibawanya. Pada Selasa, 20 November 2024, Indonesia mencatatkan sejarah.
Di bawah gemerlap lampu Gelora Bung Karno, di hadapan jutaan pasang mata yang penuh doa, Timnas menunjukkan pada dunia, Garuda yang mereka anggap kecil ini bisa terbang tinggi. Dua gol Marselino Ferdinan bukan sekadar angka. Itu adalah seruan dari hati sebuah bangsa yang selama ini menunggu hari ini tiba. Siapa yang menyangka? Tim sebesar Arab Saudi. Tim yang pernah mengguncang dunia dengan mengalahkan Argentina di Piala Dunia. Negara petro dolar itu harus takluk di GBK. Takkuk oleh tim anak bawang. Tidak ada trik sulap, tidak ada keberuntungan. Hanya kerja keras, darah, keringat, dan air mata para pemain yang biasa makan sambal belacan.
Bayangkan wak! Ketika gol pertama Marselino menghujam gawang Saudi, detik itu juga udara di GBK terasa membeku. Sebentar, sebelum pecah oleh sorak-sorai 80 ribu orang. Itu bukan sekadar gol, itu adalah deklarasi. Deklarasi bahwa kita tidak lagi di sini untuk menjadi pelengkap. Gol kedua? Itu adalah pukulan telak. Saudi mencoba bangkit. Tapi, Garuda justru semakin mengepakkan sayapnya. Mereka tidak hanya dikalahkan, mereka diajari, bahwa tim underdog ini telah menjelma menjadi raksasa baru.
Indonesia sekarang berdiri di puncak Asia Tenggara. Lalu, menatap masa depan dengan kepala tegak. Enam poin di putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 adalah pencapaian yang belum pernah diraih oleh Thailand atau Vietnam. Lihat Vietnam di 2022, dengan empat poin hasil perjuangan mati-matian. Atau Thailand di 2018, yang hanya mampu meraup dua poin. Malaysia, ups belum pernah masuk ya, maaf.
Tapi Indonesia? Baru enam laga, enam poin. Ini bukan sekadar statistik. Ini adalah pesan keras untuk Asia Tenggara, Kami tidak lagi berlari di belakang kalian. Kami sudah di depan. Namun, perjuangan belum selesai. Masih ada empat laga lagi, empat gunung yang harus didaki. Australia, yang terkenal dengan kekuatan fisik mereka. Bahrain, yang licin dan tak terduga sampai lapor ke AFC dan FIFA di-psywar netizen +62. Lalu, China, raksasa ekonomi yang ingin mendominasi sepak bola. Jepang, raja Asia yang akan menjadi ujian akhir Garuda. Ini bukan sekadar laga. Ini adalah perjalanan menuju mimpi. Jika Indonesia mampu menaklukkan salah satu dari mereka, itu bukan lagi sekadar kemenangan, itu adalah revolusi sepak bola.
Malam itu, ribuan di GBK bersatu dalam haru. Jutaan di depan layar televisi melompat, berteriak, menangis. Ini lebih dari sekadar sepak bola. Ini adalah momen di mana kita, sebagai bangsa, merasa bahwa mimpi bisa menjadi nyata. Ketika Marselino mengangkat tangannya ke udara setelah mencetak gol, dia bukan hanya mengangkat kemenangan. Si local pride ini mengangkat semangat sebuah bangsa yang selama ini tenggelam dalam keraguan.
Kemenangan ini adalah milik kita semua. Bukan hanya pemain, tetapi juga para pendukung yang tidak pernah lelah berteriak. Untuk semua yang percaya bahwa Garuda bisa terbang tinggi. Biarkan malam ini menjadi awal dari cerita baru. Biarkan dunia tahu bahwa Indonesia telah bangkit. Untuk tetangga yang masih sibuk menyusun alasan, kami hanya bisa berkata, "Sabar, ini baru permulaan."
Indonesia, kami bangga. Terima kasih untuk malam yang tak akan pernah kami lupakan. Untuk Thailand, terima kasih Tomyamnya, makyos sampai badan berkeringat. (Rosadi Jamani)