Seperti langit menangis di musim kemarau, Garuda takluk 0-4 di tangan Jepang. Tapi tunggu duly! Di sudut dunia maya, ada satu sosok menikmati derita itu. Siapa lagi, dialah Bung Towel, sang maestro kritik, si penyair sepak bola tanah air.
Dengan Instagram sebagai panggungnya, Bung Towel menyemburkan kritik yang rasanya lebih pedas dari sambal setan level 10. "Kalah sih sudah diduga. Tapi kalah telak 0-4? Ini sungguh memalukan!" tulisnya, seolah skornya bisa diubah hanya dengan kekuatan tulisan capslock.
Bung Towel, yang tampaknya sudah menaruh Shin Tae-yong di daftar "tokoh yang tidak disukai sejak zaman dinosaurus." Ia langsung menuding pelatih Timnas ini sebagai biang kerok segala kekalahan. "STY, kalau masih punya malu, mundurlah!" tulisnya. Ya, seolah-olah STY membaca postingan itu sambil berkemas untuk pulang ke Korea.
Soal "parkir bus"? Oh, Bung Towel tak mau melewatkan kesempatan ini. “Taktik menonton parkir bus ala STY itu terlalu mahal,” sindirnya. Kalau parkir bus saja dianggap mahal, lantas bagaimana dengan jet pribadi? Sepertinya, bagi Bung Towel, Garuda harusnya pakai drone saja, biar lebih murah dan tak ada yang parkir.
Dalam narasi penuh drama, Bung Towel juga tak lupa meluncurkan kata-kata andalannya, gimmick, ilusi, buzzer. Menurutnya, Timnas kita ini ibarat sinetron, penuh adegan dramatis yang bikin kita bingung. Ini pertandingan sepak bola atau reality show? “Sampai kapan kita dicekoki gimmick-gimmick dan permainan ilusi?” katanya. Jawaban, sampai Bung Towel berhenti memposting? Tidak mungkin.
Tagar #styout akhirnya muncul. Dengan bangga, Bung Towel melemparkannya ke dunia maya, berharap itu akan menjadi trending. Tapi mari jujur, apakah STY benar-benar akan pergi hanya karena sebuah tagar? Rasanya tidak. Kalau setiap pelatih mundur karena kritik pedas, Bung Towel sudah jadi presiden PSSI sejak lama.
Di satu sisi, kritik Bung Towel ini menyakitkan seperti mendengar mantan menikah duluan. Tapi di sisi lain, mari kita akui, ada sedikit kebenaran di balik tumpahan emosinya. Kekalahan 0-4 memang bukan hal yang mudah dicerna. Apalagi kalau sudah terlanjur gembar-gembor "kita sudah level Asia". Nyatanya, level Asia kita adalah jadi bahan latihan Jepang.
Namun, di atas semua itu, Bung Towel tetaplah Bung Towel. Sosok yang mungkin lebih sering trending karena kontroversinya dari pada argumennya. Bagi sebagian orang, dia adalah suara kebenaran. Bagi yang lain, dia adalah pengganggu garis depan. Bagi Timnas? Dia mungkin hanya mimpi buruk yang menunggu di Instagram.
Kalau besok Timnas kalah lagi, tenang saja. Bung Towel akan selalu siap dengan kritik pedasnya. Dan kita? Siap-siap saja tertawa pahit sambil berharap, suatu hari nanti, Garuda bisa terbang lebih tinggi, jauh dari bus parkir dan kritik pedas