Kekalahan ini bukan lagi sekadar cerita pilu. Ini elegi. Di bawah guyuran hujan deras, Stadion Gelora Bung Karno menjadi saksi bisu, seperti patung perunggu yang tak bisa bicara. Timnas dengan semangat 70 ribu suporter, justru terlihat seperti perahu kertas yang dihantam ombak ganas. Samurai Biru, dengan ketajaman samurainya, memotong harapan Garuda tanpa ampun.
Babak pertama, gol datang seperti tamu tak diundang. Minamino? Oh, dia lebih mirip tukang pos yang rajin mengirim paket ke gawang lawan. Lalu, Justin Hubner dengan sumbangan gol bunuh dirinya, mungkin sedang latihan "cara menghadang bola yang salah."
Wasit Iran, Mooud Bonyadifard, memimpin dengan penuh wibawa. Mungkin hanya dia yang tidak basah di lapangan itu. Kaoru Mitoma sempat membuat Kevin Diks terkapar dengan pelanggaran keras. Kartu kuning terangkat, seolah berkata, "Santai, bro, jangan terlalu semangat!"
Babak kedua dimulai, STY mengganti strategi, mengganti pemain. Kevin Diks keluar, Sandy Walsh masuk. Tapi Jepang tidak peduli. Mereka seperti serigala di malam berburu, lapar dan tak mengenal ampun. Menit 49, Morita menambah duka, menendang bola seolah menancapkan pisau ke dalam hati para pendukung Garuda. Di menit 69, Sugawara ikut menari, menggiring bola melewati bek Indonesia seperti angin yang menembus celah-celah pintu yang retak.
Martern Paes di bawah mistar gawang, lelah dan kedinginan, terlihat lebih sibuk mengelap keringat di wajahnya daripada menahan bola. Di sisi lapangan, Pratama Arhan dan Witan Sulaiman dipanggil. Harapan terakhir? Mungkin. Tapi Jepang tidak memberikan ruang bahkan untuk sekadar bernafas. Mereka menguasai 69% permainan, seperti pemilik lapangan yang sesungguhnya.
Pertandingan usai. Samurai Biru berpesta, Garuda terdiam. Timnas baru mengumpulkan tiga poin, serasa mengumpulkan butir-butir pasir di tepi pantai yang terus-menerus tersapu ombak. Harapan lolos? Hanya mimpi bagi yang suka dongeng. Kecuali, mereka mampu memenangkan seluruh pertandingan sisa. Dan itu, saudaraku, hanya bisa diimpikan oleh mereka yang percaya pada keajaiban.
Asli sedih.... Tim kesayangan kita seperti diajari main bola oleh Jepang. Ya, mau gimana lagi. Bersiaplah dibully tetangga sebelah. Walau kalah, bravo buat Jay Idzes cs atas perjuangannya.